Longmarch 2017 - Classix Infinity

7:20:00 AM

Kawah Ratu!
Tanggal 15 - 16 November kemarin, Angkatan 7 Sekolah Alam Depok, mengadakan Longmarch di Cidahu Sukabumi - Bunder Bogor, Gunung Salak.

Persiapan sudah dilakukan dari jauh - jauh hari. Kelompok dibuat sedemikian rupa oleh para fasilitator. Jangan kaget kalau teman - teman sekelompok bukan 'teman main'. Karena memang dibuat seperti itu. Teman - teman sekelompok pun juga dibuat #lintasgender dan #lintaskelas. Ada beberapa yang bukan teman sekelas, juga ada beberapa yang merupakan lawan jenis. Sekali lagi, jangan kaget. Alasan para fasilitator menciptakan kelompok seperti itu, adalah untuk mempererat hubungan pertemanan dengan teman yang mungkin bukan teman main sehari - hari kita. Agar di penghujung tahun ini, kita semua bisa akrab satu sama lain serta mengenal lebih dekat.

Kali ini, aku tertarik berbagi kisah kepada kalian tentang kegiatan longmarch kami. Semoga bisa ikut merasakan ketegangan, keseruan dan berbagai macam perasaan serta keadaan yang kami alami disana, ya!


***

H - 1

Semua dimulai pada malam hari, tanggal 14 November pukul tujuh malam di sekolah. Kita menginap di sekolah terlebih dahulu. Dari rumah, aku pun berangkat menuju sekolah. Waktu itu sedang hujan, jalanan pun lumayan macet dan ramai, mengakibatkan aku tidak bisa datang secepat mungkin ke sekolah.

Saat jalanan macet, ibuku membaca pesan di grup kelas dari orangtua siswa lain. Isinya kurang lebih seperti ini "sekolah mati lampu, anak - anak sholat isya di rumah, ya, baru ke sekolah," Nah, loh. Aku dan ibuku mulai kebingungan. Masalahnya, masa mau balik arah lagi ke rumah? Sepertinya tidak mungkin. Akhirnya, aku menemukan solusi. Aku akan sholat isya di masjid sebuah kompleks dekat sekolah. Aku sholat isya disana bersama ibu dan adikku terlebih dahulu. Setelah itu, aku berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, hujan masih melanda, walau tidak sederas tadi. Benar saja, sekolah listriknya mati. Otomatis, lampu - lampu padam. Aku berjalan menuju kelas, berhati - hati. Aku takut kalau tersandung batu, terpeleset atau apapun. Maklum, sekolah benar - benar gelap total.

Ketika aku baru saja akan menaiki tangga menuju kelas, pet! Listrik menyala. Lampu pun kembali mengeluarkan cahayanya, tak lagi padam. "Alhamdulillah," kataku. Oh iya, pada saat itu juga, Bu Leily datang.

Saat aku memasuki kelas, semua sudah berpencar. "Ini mau kemana?" tanyaku pada Ais, teman sekelompokku yang sudah datang duluan. "Itu loh Sa, ada beberapa yang tadi belum sholat isya. Jadi, mereka sholat dulu," ujar Ais. Aku hanya mengangguk. Beberapa lama kemudian, kami diminta untuk memindahkan ransel / backpack dan pulsak kelompok kami dari perpustakaan ke kelas. Aku membawa ransel ku menuju kelas. Setelah itu, kami sibuk packing ulang. Mengecek barang bawaan, memasukkan barang - barang yang belum dimasukkan dan lain sebagainya. Kelompokku sendiri (Fantastico, namanya) dibina oleh Bu Leily saat packing. Karena, Bu Leily merupakan Pendamping Anggota Kelompok (PAK) di kelompok Fantastico, kelompokku.

Selesai beberes, aku merasa seperti kurang sesuatu.

"Ais, Kiki!" aku memanggil dua teman perempuanku di kelompok. "Ada apa?" tanya mereka serempak. "Pulsak akhwat dimana?" tanyaku bingung. Keduanya menepuk jidat. "Haduh, sepertinya masih di perpustakaan," ucap Ais. Aku kebingungan. Susah juga malam - malam hujan seperti ini dari kelas harus kembali ke perpustakaan. Kelasku jauh dari perpustakaan. Apalagi, pulsak tsb. lumayan berat.

Pulsak akhwat Fantastico digabung dengan akhwat kelompok The Prime. Akhirnya, aku dari kelompok Fantastico, beserta Nathan, akhwat dari kelompok The Prime, mengambil pulsak itu berbarengan. Di perpustakaan, kita sampai harus menggunakan senter hp Pak Latief. Entah kenapa tidak memakai penerangan dari lampu perpustakaan. Berat sekali membawanya. Apalagi jalanan malam itu cukup licin.

Setelah berhasil membawa pulsak dari perpustakaan menuju kelas, kami langsung di briefing sebentar, dan langsung diminta tidur. Semua pun beristirahat, karena keesokan harinya sudah harus bangun pukul dua agar bisa berangkat pukul empat.

First day, we're coming!


***
DAY 1

Pukul setengah empat pagi, kami bangun. Kami langsung bersiap. Mengganti baju kami dengan kaos angkatan. Kami diberikan briefing / pengarahan. Ketika semua sudah siap, kami menggendong backpack kami masing - masing dan membawanya menuju tronton. Oh iya, tronton kami ada dua. Tronton pertama untuk 3 kelompok pertama (Fantastico, Kurushi dan Shinosensi) lalu tronton kedua untuk 3 kelompok terakhir (The Prime, Hachininoyusha dan The Legendary)

Aku, anggota kelompok Fantastico, berada di tronton pertama.

Di tronton, sebagian besar tertidur. Aku sendiri sudah sangat mengantuk. Hanya saja, ada beberapa hal yang membuatku akhirnya sama sekali tidak bisa tertidur :

1. Tronton melewati banyak jalanan yang tidak mulus. Jadinya, trontonnya jalan 'grenjal - grenjul' deh! *bahasa apa ini*
2. Karena faktor utama, nggak jarang para penumpang tronton kelempar sana - sini, susah nyenyaknya!

Tak terasa, sudah waktunya untuk sholat subuh. Ketika terdengar suara adzan subuh memecah keheningan pagi, tronton segera memarkirkan mobilnya di parkiran masjid besar pinggir jalan di Sukabumi. Semua langsung melaksanakan ibadah sholat subuh.

Ketika kami keluar dari masjid, langit sudah mulai terang. Dari yang awalnya hitam pekat, menjadi biru tua. Langit sudah mulai terang. Tandanya sudah mulai masuk waktu pagi. Motor dan mobil pun sudah berlalu lalang di jalanan. Aktivitas pagi hari sudah dimulai.






Tronton kami pun menuju Cidahu, Sukabumi. Sesampainya disana, kami menggelar dua matras untuk tiap kelompok. Perkelompok duduk bersama, dan menikmati sarapan. Menunya nasi, bihun dan telur. Sambil sarapan, semua mengobrol, bercanda dan tertawa riang bersama teman sekelompok. Tak lupa kami berfoto bersama. Di kelompokku, kami berdesak - desakkan duduk di matras. Bahkan, setengah kaki Titan tidak berada di matras, saking sempitnya.







Setelah sarapan, kami langsung mengobrol bersama. Tak lama, aku merasakan sesuatu yang aneh.

"Ki ... Kiki ......"
"I ... iya, a ... aku juga ngerti maksud kamu ... aku juga ngerasain ..."
"LARIIIIIIII! SAKIT PERUT!"

Ya, yang kumaksud adalah perutku yang sakit. Kami langsung berlari ke toilet. Kami juga sempat shock ketika Bu Leily memberitahukan kami bahwa kami harus memanfaatkan toilet tersebut, karena nanti selama kami camp, tidak akan ada toilet. Kami akan bertemu dengan toilet di hari terakhir.

Setelah kejadian sakit perut itu, kami langsung apel pembukaan. Aku menjadi petugas apel, yaitu protokol. Selesai apel, semua berlarian ke toilet. Entah ada panggilan alam (ini bahasa resmi kami untuk aktivitas ketika kita sedang di toilet, bukan mandi yaa) atau apa, semua merasakan hal yang sama ; kalau nggak kebelet ya sakit perut. Hal yang greget, Rama, salah satu temanku, masuk toilet lebih dulu. Ternyata, dia sakit perut. Ketika toilet sebelah hampir 4 - 5 orang sudah masuk dan keluar, toilet tempatku antre belum dua orang. Masih Rama.

Selesai mengantre di toilet, kami stretching. Setelah itu, kami langsung memulai trekking menuju camp di sekitar helipad!

Ketika trekking, urutan Fantastico adalah ketiga dari depan. Karena aku mendapatkan peran sebagai wakil ketua, aku ada di posisi paling belakang. Di depanku Ifi, lalu Ais, Ern, Kiki, Dafi, Titan dan Husnain. Oh iya, sambil trekking kami juga menggendong backpack kami yang sangat berat!

Jalanan trekking merupakan tanjakan tinggi yang ekstrim dan melelahkan. Langkahku selalu tertatih - tatih, nafasku tidak beraturan. Rasanya melelahkan sekali. Walaupun begitu, aku harus menaklukkan itu semua. Untung saja dibelakangku ada Bu Leily. Bu Leily segera menyemangatiku ketika melihatku yang sangat kelelahan.

Akhirnya, kami tiba di tempat istirahat kami yang pertama. Kami sudah menempuh 1 KM. Saat istirahat, aku hanya bisa duduk kelelahan. Yang lain ada yang melahap buah pir, menghabiskan air putih di botol minum sembari membicarakan trekking tadi. Oh iya, Bu Leily juga memberikan kelompokku sebungkus nabati. Kami memakannya bersama - sama. Baru saja kulahap dua potong, tiba - tiba ludes semua.

"Hehehe, aku abisin lima," Ais cengegesan.

Setelah lima belas menit kami beristirahat, kami berjalan lagi untuk menuju ke HM 25. (Hayo, kalau 25 hm, berapa km?) Alhamdulillah, kami sudah bisa beradaptasi dengan semua itu. Kami mampu menaklukkan tanjakan maupun turunan yang terjal. Walau terkadang masih dengan nafas yang tersengal - sengal dan harus melangkah kaki yang sangat pegal. 

Saat itu pula, aku mulai terasa pusing. Bahkan, hampir saja aku terperosok jatuh ke jurang yang lumayan curam di samping kananku. Namun, mungkin karena Ifi sudah tau aku agak sedikit letih dan pusing, ia lantas menolongku lalu menyemangatiku. Terimakasih ya, Ifi! You're such a great friend.

Alhamdulillah, kami pun sampai di area Bajuri. Di Bajuri, terdapat lapangan luas, sungai, lalu setelah sungai terdapat lapangan kecil pula. Kami akan menjadikan lapangan kecil sebagai tempat istirahat kami yang kedua sebelum melanjutkan perjalanan trekking untuk nge - camp.

Dan disinilah, insiden yang akan terus kita kenang kejadiannya, dimulai.

Aku bersama Ais dan Kiki duduk berdekatan saat istirahat. Kami mereguk air minum sambil menghela nafas lega. Akhirnya istirahat juga, hehehe. Aku memperhatikan sekitar. Beberapa baru berdatangan, beberapa sudah duduk sedari tadi. 

"Hai, Fathia!" aku melambaikan tangan pada Fathia. "Nih, topi kamu ketinggalan," kata Fathia sambil menyodorkan topiku. "Wah, makasih ya. Nemu dimana?" tanyaku. "Tadi, di tempat istirahat pertama, di 1 KM pertama," jawab Fathia. "Makasih," kataku lagi. Fathia pun lantas duduk di sampingku.

Tak lama, terdengar tangisan seorang akhwat. Rupanya Raisya. 

"Raisya kenapa?" aku bertanya pada Fathia. "Disengat lebah, Sa," jawab Fathia. Aku hanya mengangguk. Aku hanya diam saja. Tidak terlalu takut akan kemungkinan gerombolan lebah menyerang. Mungkin hanya satu lebah kecil, paling sebentar lagi Raisya sembuh. Pikirku. 

Tapi, pikiranku salah total, alias fatal, ketika aku mendengar seseorang berteriak. 

"SEMUANYA MENUNDUK, JANGAN BERGERAK SEDIKITPUN!"

Aku tak tahu apa yang terjadi. Begitupun yang lain. Tetapi, yang bisa kulakukan hanyalah menunduk. Perasaan takut membuat bulu kudukku berdiri. Badanku gemetar hebat. Aku seketika mengerti, bahwa ada suatu hal yang berbahaya / buruk terjadi.

Aku langsung mengerti apa yang terjadi ketika gerombolan lebah melewati kepalaku. Terdengar pula bunyinya yang khas di telinga.

Bzzzz ....

Situasi semakin buruk ketika kudengar suara Yahya yang melengking tajam, meminta tolong. Ia berlarian mengelilingi lapangan sambil melepaskan sarung tangannya, terus meminta tolong agar yang lain membantunya supaya gerombolan lebah yang mengerubunginya pergi. Kulihat pula dengan mata kepala sendiri, Dhiar berteriak - teriak dan menggulingkan tubuhnya di tanah, mencari pertolongan. Kausnya sampai harus ia lucuti karena salah satu lebah masuk ke dalam kausnya. Ada pula Kiki yang hanya bisa duduk diam, menangis dan meminta pertolongan. 

Masih banyak lagi korban sengatan seperti Syifa, Ais, Husnain, Ifi dan yang lain.

Aku hanya terdiam gemetar. Tanpa kusadari, ternyata, aku, Fathia dan Naufal Andromeda, sudah membuat lingkaran kecil dan merangkul satu sama lain sambil duduk. Awalnya, aku dan Fathia merasa ingin melepaskan rangkulan kami pada Naufal untuk alasan pergaulan lawan jenis, tapi, mendengar suara Bang Ipul yang berteriak kepada kami agar tidak bergerak sama sekali, kami urungkan niat itu.

Akhirnya, kami semua dipindahkan (atau bahasanya mah, dievakuasi) menuju lapangan besar yang berada di Bajuri. "Cepat!" teriak Pak Cahya. Tak ada yang mau membantah ataupun leyeh - leyeh, karena ini SITUASI DARURAT! Sedikit saja kamu berani meleng, bisa saja kamu dalam bahaya!

Aku dan Fathia dievakuasi terakhir. Naufal mah, udah kemana tau. Hanya saja, ketika akan turun ke sungai, seekor lebah berhasil menyengat tangan Fathia. Fathia berteriak sambil mengibas - ngibaskan tangannya yang pedih. "Sakit, sakit!"

Dengan susah payah, bersama Fathia, kususuri sungai dan berlari menuju lapangan besar itu. Disana, kulihat pemandangan yang mengerikan. Sebagian besar kawanku menangis, menjerit dan meraung kesakitan, memegang luka bekas sengatan lebah mereka.

Melihat teman - temanku yang kesakitan, aku langsung menangis. Aku tidak terluka sedikitpun, alhamdulillah. Namun, kalaupun aku tersengat lebah, pedihnya mungkin tidak seberapa dibanding pedih melihat teman - temanku yang kesakitan. Wajah mereka tampak letih menahan sakit, sekaligus pasrah akan keadaan. Sakit yang luar biasa, pasti.

Anak - anak yang tidak terkena sengatan dipindahkan tempat. Semua akhwat yang tidak terkena sengatan menangis. Tidak ada yang kuat melihat pemandangan tadi. Bahkan, ikhwan - ikhwan yang tidak terkena pun ada yang meneteskan 1 - 2 butir air matanya. Beberapa hanya menunduk kebawah, diam membisu, tak mampu berkata apapun. Dari tempat kami pula, masih terdengar sayup - sayup beberapa teriakan kesakitan dari teman - teman yang tersengat.

Betapa pedihnya hati kami saat itu.

Tangisan kami bercampur dengan teriakan kesakitan. Suara yang saling bersatu padu itu seakan memecah keheningan hutan. Hutan terasa pilu dan menyedihkan. Rasanya burung pun bahkan enggan untuk berkicau.

Tak lama, seorang guru (aku lupa siapa persis orangnya) datang dan menyemangati kami. Bilang bahwa kami harus kuat dihadapan teman - teman yang terluka. Tak boleh terlihat sedih sedikitpun, karena itu semua hanya memperburuk keadaan saja. Mereka pun akan terkena sad vibes dari kami. We need to spread a happy vibes, that makes them feel loved and cared and also want to be happy like us.

Kami bangkit, menghapus air mata dan dengan langkah mantap menghibur mereka. Awalnya, aku mendatangi Syifa. Luka Syifa berada di bagian tangan. Disana, aku berusaha menahan air mata yang akan jatuh. Lalu aku mengunjungi Kiki. Terlihat sekali raut wajah Kiki yang kesal sekaligus sedih akan rasa sakitnya. Mataku pun langsung berkaca - kaca. Tak lama, aku melewati Titan dan Yahya yang terbaring lemah tanpa suara. Melihat mereka berdua, tangisku malah semakin pecah dan menjadi.

Butuh waktu lama untukku menenangkan diriku sendiri. Setelah itu, aku baru bisa memantapkan diri untuk tidak mengeluarkan setetes air mata pun didepan mereka.

Karena insiden tersebut, akhirnya bivak dan tenda didirikan disana. Ya, kita diputuskan untuk nge - camp disana, dan bukan di area helipad.

Setelah itu, akhirnya kita menjalankan aktivitas seperti biasa. Ikhwan ditugaskan mendirikan bivak, sementara akhwat memasak. Kelompokku memasak dibantu oleh Bu Fani. Terimakasih ya, Bu Fani! 

Oh iya, Kami memasak nasi liwet, nugget, tempe, teri dan lain - lain. Setelah itu, makanan kami dicampur jadi satu, dan dilahap bersama - sama. Akhwat makan desak - desakan lho, ber 16! Mantep djiwah kaaaan?



Selesai makan, kami sholat dan freetime.



Freetime boleh digunakan untuk tidur, bermain, ngobrol dsb. Namun, karena lelah yang tidak tertahankan, sebagian besar memilih menghabiskan freetime di dalam bivak. Kalaupun di luar bivak, paling hanya duduk - duduk. Aku sendiri sempat tidur selama kurang lebih satu menit, hahaha ... Selebihnya, aku bercanda sambil asyik mengobrol bersama yang lain. Teman yang sukses tertidur lelap ialah Kay, Syifa dan Nisa.

Oh iya, karena kejadian lebah, kami jadi trauma sekali. Terkadang, 1 - 2 lebah besar masuk ke bivak kami. Kami hanya terus beristighfar dan mencengkram lengan tangan teman yang lain sambil pelan - pelan menghindar. Mungkin sedikit aneh, tapi serius ; kami takut sekali!

Setelah waktu freetime habis, kami masak nasi untuk makan malam! Kami masak pun dengan santai, karena hanya masak nasi biasa.

Lalu, kami pun langsung melaksanakan sholat maghrib dan isya di jama' agar bisa istirahat lebih cepat. Setelah itu, kami makan malam. (sejujurnya, aku lupa urutannya, sholat dulu atau makan dulu) Setelah itu, kami harus tidur karena akan bangun pukul setengah empat pagi.


Beberapa teman tendaku, Syifa, Nathan dan Nisa malah bercanda dan ketawa - ketiwi sambil ngomongin mobile legend yang ada Bang Ipul nya (?) entah kocaknya dimana, tapi tak apalah. Asal mereka bahagia! #ea #iamsuchagoodfriendright #apaansihgajelas

Day 1 finally finished. Hi, day 2!

***
DAY 2
"Bangun!"

Seseorang menepuk pundakku. Aku lantas terbangun. Rupanya Nathan. "Hmm ... sudah pagi, ya?" aku mengucek - ngucek mataku. Teman - teman lain hanya mengangguk. Yang lain masih duduk dengan kaki terbungkus sleepingbag dan jaket di tubuh. "Sebentar, ngangetin badan dulu," kata seorang temanku. 

Kami pun ngangetin badan dulu. Kami tidak langsung keluar dari bivak, perlu recovery sedikit, hehehe. Diluar dingin sekali. Jaketku sudah lumayan tebal, tapi masih terasa dinginnya. Bagaimana dengan teman - teman berjaket tipis?

Setelah selesai proses recovery alias ngangetin badan, semua langsung bergegas mengambil wudhu dan sholat subuh. Setelah itu, kami masak nasi lagi dan sarapan. Alhamdulillah, kali ini sarapannya perbivak, nggak ber 16 banget, jadi nggak desek - desekan pisan, hehehe. *insert laugh emoji*

Setelah sarapan, semua langsung membongkar bivak, lalu packing. Packingnya agak sedikit sulit sih, sebenarnya. Dikarenakan bivak yang sempit, lalu ... ada aja barang yang nyelip - nyelip di bivak. 

Ifa, teman setendaku, juga sedikit kebingungan, karena matrasnya dipakai tidur oleh teman - teman yang terkena sengatan, matras Ifa terkena muntah oleh seorang teman yang tersengat. Akhirnya, Ifa harus menggulung matrasnya tanpa dicuci terlebih dahulu. Kenapa? Untuk pergi ke sungai, butuh waktu yang lama, sementara waktu yang disediakan untuk packing sempit.

Untuk Ifa, terimakasih ya atas kebaikanmu meminjamkan matras kepada teman yang lain! :)

Lalu, selesai sarapan, packing dan membereskan bivak, kami semua langsung memulai trekking. Aku sendiri lupa persisnya berapa kali kita istirahat, karena lumayan sering, hehehe ... *insert peaces emoji*

Trekking kali ini tidak terlalu bayak tanjakan ekstrim. Alhamdulillah, nggak bikin kaki capek. Tapi, kehati - hatian yang ekstra sangat dibutuhkan, karena jalanannya licin sekali. But, we were having fun!

Sampailah kami di Kawah Ratu. Di Kawah Ratu, tercium bau belerang yang menusuk. Penasaran baunya seperti apa? Biar kujelaskan. Jadi, baunya mirip telur rebus yang busuk. Baunya menusuk sekali. Bahkan, Ais, teman sekelompokku, sudah memakai dua lapis kain, yakni slayer dan masker. Tetapi, bau pekatnya tetap tercium. Aku sendiri memakai slayer, tetapi, aku tidak bisa dengan leluasa bernafas.



Oh iya, di Kawah Ratu, tanahnya menurun tajam. Banyak batu - batu dan kerikil - kerikil berwarna putih. Kalau salah langkah, bisa terpeleset. Bukan karena licin, melainkan batunya adalah tipe batu gerak.

Kami juga melewati Kawah Mati 1 dan Kawah Mati 2. Jalanannya kurang lebih mirip. Namun, tidak ada bau belerang yang menusuk lagi. Turunan yang ekstrim pun sudah tidak ada di Kawah Mati 1 & 2.

Setelah melewati kawah - kawah, kami beristirahat di sebuah sungai! Sungainya besar dan panjang. Kami merendam kaki disana dan mengobrol ringan juga sambil duduk di bebatuan yang besar - besar. Beberapa anak tercemplung masuk kedalam, menyebabkan hampir separuh dari badannya basah. Yang tercemplung hanya bisa nyengir ketika teman - teman lain tertawa. Tak lupa, ada aktivitas foto - foto bersama pula.









Setelah itu, kita memulai perjalanan lagi. Kali ini, banyak sekali aliran air yang kami lewati. Tingginya bervariasi, ada yang dari mata kaki hingga sebetis. Ditambah jalan bebatuan licin yang juga menjadi tantangan kami. Terkadang kami juga bertemu lumpur lembek yang 11 / 12 sama lumpur hisap! (lebay deh) tapi, memang sangat berat melangkah di lumpur super lembek tersebut.

Di perjalanan pun, tak jarang ada yang merasa letih. Namun, sebagai teman, yang lain selalu menyemangati, mendukung dan memotivasi. Walau terkadang, ada yang memotivasi, tapi PHP. Bilang jaraknya sedikit lagi, padahal setelah dikonfirmasi, masih jaaaaooh, ckck ...

Setelah melewati berbagai tantangan, sampailah kami di tempat istirahat kami, namanya radio. Kenapa dinamakan radio? Karena, ada bekas alat pemancar radio disana. Oh iya, itu juga tempat istirahat kami yang terakhir, sebelum sampai ke bawah. Disana, kami meluruskan kaki dan mengelap keringat. Rasanya lelah sekali. Perjalanan tadi kami tempuh dengan jarak yang (menurutku) tidak terlalu jauh, akan tetapi melelahkan.

Oh iya, Pak Budi mengadakan giveaway choki - choki, karena sisa satu, hihi ... Pertanyaannya bisa dijawab Bu Leily. Tapi, karena Bu Leily yang menjawab, Bu Leily tidak diberikan. Katanya, pertanyaan itu khusus diajukan untuk anak - anak. Walau ada satu celetukan dari seorang teman yang berbunyi seperti ini ;

"Lho? Bu Leily kan anak - anak!"





Setelah itu, kami turun sampai ke bawah, di Bumi Perkemahan Pasir Reungit. Langsung saja kami duduk di kursi bambu panjang, menaruh tas dan meregangkan tubuh. Lelah sekali rasanya. Buru - buru kami meneguk teh hangat yang sudah disediakan. Aku pun mengganti sepatu gunungku yang basah dan kotor dengan sandal gunung, lalu aku mengganti bajuku di toilet dekat warung. Setelah itu, makan, deh!



me (left) and Kao! (right)
Rasanya, plong banget. Beban di pundak sudah tidak ada lagi, kaki juga tidak berjalan terus - terusan.

Kami pun shalat dzuhur - ashar. Ada yang shalat berjamaah di bawah tenda biru, ada pula yang di musholla kecil. Aku, Iqbal, Fathia, Awa dan Kaoru juga beberapa teman ikhwan lain (aku lupa siapa) sholat di musholla kecil. Musholla kecil itu pun berbentuk rumah panggung kecil.

Setelah melaksanakan sholat, kami pun melakukan upacara penutupan dan menyalimi para fasilitator kami yang sudah membimbing kami berproses selama dua hari. Ada Pak Wifqi, Pak Ganang, Bu Leily, Bu Alfi, Bu Zahra, Bu Fani, Pak Latief, Pak Budi dan lain - lain.

Dengan resmi, aktivitas longmarch selesai sudah, namun belum dengan euforianya, dan tidak akan pernah hilang pula kenangannya.

Teman - teman, terimakasih sekali atas longmarch ini. Jujur, dari sekian banyak fieldtrip yang pernah kita jalani, inilah yang paling berkesan dan menarik buatku. Banyak pelajaran yang kudapatkan. Terutama pelajaran tentang melengkapi satu sama lain.

Sekali lagi, aku hanya ingin mengucapkan ; terimakasih banyak!


epilog

Di tronton satu, yang berisi kelompok Fantastico, Kurushi dan Shinosensi, suasana masih ramai. Padahal, kebanyakan semua lelah setelah aktivitas longmarch. Tetapi, masih 1 - 2 orang saja yang sudah tertidur lelap. Sisanya masih mengobrol dan tertawa.

Sore itu, langit cantik sekali. Warnanya oranye kekuningan, lengkap dengan pelangi indah yang menghiasinya. Seolah, langit tahu bahwa hari itu merupakan hari terbahagia kami.

"Suatu saat, pasti kita akan sangat rindu ini semua," ucap seorang teman disampingku. Mendadak, teman - teman yang asyik mengobrol terdiam mendengar kalimat itu, termasuk aku. "Iya, ya ..." timpal yang lain. "Ini terakhir kali, kan?" tanya yang lain memastikan, lalu dijawab anggukan pelan oleh yang lain.

"Nggak usah sedih gitu, dong! Yang terpenting, mulai sekarang, kita semua harus akrab. Perbanyak berteman dan hilangkan permusuhan. Lalu, kalau sudah berpisah, jangan sampai lupa hari - hari yang pernah kita jalani bersama, ya!" kata seseorang, menenangkan.

Kami mengangguk, berjanji satu sama lain. Tak lama, tronton mulai ramai kembali. Topik tadi seolah hilang, seperti angin yang menghembus begitu saja. Beberapa mungkin melupakan topik tersebut.

Hari itu, aku berdo'a kepada sang Maha Kuasa, sambil menatap langit sore yang hangat. Semoga janji bersama di sore itu terlaksanakan. Ya, semoga saja.

***

(left to right) Ilham, Naufal Andromeda, Yahya, Khalid, Iqbal, Raisya, Kao, Khalisa 

(left to right) Dhiar, Syaamil, Ilyas, Javitz, Ritchie, Syifa (Well, di grup mereka juga ada 2 akhwat, yaitu Rully dan Azza. Sayangnya, Rully sama Azza nggak ikut longmarch)
(left to right) Nawfal, Ghozi, Radya, Ifa, Nisa, Kay

(left to right) Ais, Me!, Kiki, Husnain, Ern, Titan, Dafi, Ifi

(left to right) Nabil, Ziad, Irul, Avis, Cakra, Nathan, Natasya, Awa

(left to right) Fathia, Jasmine, Putri, Kenno, Rafa, Azka, Rama, Hisyam

I'm very thankful karena telah menjadi bagian dari Longmarch 2017. Tetap kompak selalu, teman - temanku tersayang!

say hi to me!

say hi to me! (2)

You Might Also Like

4 fantastic

  1. Halo kakaa caca, seru banget ceritanyaaa maaf baru komen heheh XD semangat nulis nya kaka, oh iya, ceritanya jadi pengen ke longmarch lagiiih

    ReplyDelete

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe